Templates by BIGtheme NET
Home » Foto » Industri Udang Windu di Aceh Harus Bangkit

Industri Udang Windu di Aceh Harus Bangkit

Para pemateri dalam kegiatan lokakarya pengelolaan udang windu secara berkelanjutan di Aceh. © WWF-Indonesia / Rizal

Oleh: Rizal (Marine Conservation Officer for Sumatera, WWF-Indonesia)

Telah lama, pesisir Aceh Timur dikenal sebagai penghasil induk udang windu dengan kualitas terbaik di Indonesia. Penangkapan udang windu di sepanjang pesisir timur Aceh dilakukan baik untuk konsumsi maupun untuk induk bagi kepentingan budi daya. Bagi praktik budi daya udang, induk udang windu Aceh adalah sumber induk andalan bagi tempat pembenihan (hatchery) di nusantara.

Bahkan, induk udang windu dari provinsi paling barat di Indonesia ini diekspor ke berbagai pusat induk udang global. Iya, udang windu lokal asli Indonesia adalah komoditas ekonomis penting yang berkontribusi besar terhadap produksi perikanan udang di Indonesia.

Namun, berdasarkan data dari Pusat Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan tahun 2016, ketersediaan induk udang dari Aceh Timur telah mengalami penurunan hingga 10-13%. Beberapa dekade terakhir pun, udang windu dari hasil budi daya mengalami kegagalan panen.

Hal ini disebabkan oleh berbagai ancaman terhadap kelestarian induk udang windu. Mulai dari jenis dan penggunaan alat tangkap yang  tidak ramah lingkungan, berkurangnya luasan habitat mangrove, menurunnya kualitas perairan pesisir, dan berkembangnya usaha budi daya udang vanamei.

Sedangkan untuk budi daya, faktor kualitas benih dan meningkatnya wabah penyakit membayangi praktik budi daya udang windu kita.

Melihat kondisi tersebut, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Aceh bersama dengan WWF-Indonesia berkomitmen untuk mendorong bangkitnya industri udang windu di Aceh.

Langkah awal untuk mewujudkan komitmen tersebut adalah dengan menggelar lokakarya pengelolaan sumber daya udang windu secara berkelanjutan (8/11/2018).

Kegiatan ini diikuti oleh berbagai stakeholder kunci, di antaranya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh, Bappeda, Dinas Perikanan dari Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang; akademisi dari berbagai Universitas di Aceh, pembudidaya, hingga penangkap induk dan pelaku usaha udang windu.

“Melalui lokakarya ini, kita dapat berbagi informasi dan menyamakan persepsi tentang kondisi alam dan pengelolaan induk udang windu dan budi daya udang windu di Aceh,” Ir Coco Kokarkin, M.Sc., Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, membuka lokakarya yang diselenggarakan di Aula Sekretariat Kota Langsa ini.

“Data dan diskusi dari hasil lokakarya, akan menjadi bahan masukan untuk penyusunan  arah pengelolaan sumber daya udang windu di Provinsi Aceh,” lanjut ia.

Lokakarya ini telah merumuskan beberapa upaya perbaikan budi daya udang windu di Aceh, di antaranya:

  1. Pengelolaan sumber daya induk udang windu
  2. Peningkatan kapasitas pendamping dan penyuluh tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) serta Cara Perbenihan Ikan yang Baik (CPIB)
  3. Peningkatan infrastruktur pendukung budi daya udang windu
  4. Membuat percontohan produksi udang windu berstandar internasional yang terintegrasi dalam rantai pasar. Mulai dari penangkapan induk, hatchery, budi daya, pengolahan, serta terhubung dengan pasar yang baik di wilayah potensial.

Rumusan lokakarya tersebut akan dijadikan acuan dalam pembuatan road map pengelolaan sumber daya udang windu di Aceh. Diharapkan dengan adanya road map ini, kita bisa mengembalikan kejayaan industri udang windu di Aceh, seperti beberapa dekade silam.

Galeri Foto kegiatan lokakarya pengelolaan udang windu secara berkelanjutan di Aceh

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful