Acehinsight.com – Wakil Ketua DPR Aceh, Teuku Irwan Djohan berpendapat bahwa, usaha konservasi untuk menyelamatkan satwa langka seperti Badak Sumatera yang menjadi kekayaan dan kebanggaan Aceh atau Indonesia, hanya akan berhasil apabila mendapat dukungan dari masyarakat luas.
“Dengan segala kerendahan hati, saya sangat memohon yang kepada teman-teman yang peduli pada persoalan atau yang bergerak setiap hari dibidang konservasi, untuk tidak membentengi dengan kami di Legislatif,” ujarnya pada Seminar Nasional tentang Konservasi Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), yang digelar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Biologi Universitas Syiah Kuala dan WWF Indonesia Northern Sumatra Program, pada Kamis (4/08/2016), di Aula FMIPA Unsyiah, Banda Aceh.
Menurut Irwan Djohan, Aceh mempunyai keistimewaan dibanding provinsi lain di pulau Sumatera atau Indonesia. Hanya Provinsi Aceh yang memiliki 4 spesies kunci dalam satu wilayah. Dimana 4 spesies itu adalah Harimau, Gajah, Orang Utan dan Badak Sumatera.
“Saya sampaikan diawal, bahwa saya tidak mungkin bicara secara detail tentang badak Sumatra. Karena memang saya bukan pakar tentang ini. Namun saya sempat membaca sekilas, bahwa kondisi badak Sumatra saat ini sudah sangat kritis dan masuk daftar merah terancam punah,” kata Irwan.
Dirinya juga memohon kepada teman-teman yang bergerak dibidang konservasi, satwa langka, aktivis lingkungan hidup, tata ruang dan akademisi khususnya FMIPA Biologi, agar terus menginisiasi kembali untuk melakukan perubahan terhadap Qanun Aceh No 19 Tahun 2013, yang menurutnya saat ini belum berpihak pada kepentingan lingkungan hidup dan konservasi satwa langka.
“Jangan pernah putus asa untuk terus berupaya memberikan bahan, materi atau pemahanan kepada kami di DPR Aceh. Terus dobrak pintu-pintu yang tertutup disana (DPRA), agar kita semua dapat berkontribusi untuk melindungi satwa-satwa yang terancam punah seperti Badak Sumatera. Punahnya populasi badak tentu berkaitan dengan kehidupan manusia,” ungkapnya.
Selain itu, Project Leader WWF Indonesia Northern Sumatra Program, Dede Suhendra mengatakan, diperlukan sosialiasi dan pendidikan secara bertahap dan berjenjang untuk menyamakan perhatian dan pemahaman masyarakat tentang perlunya konservasi satwa langka dan dilindungi.
“Sosialisasi terkait Badak Sumatra tidak boleh berhenti dan harus terus dilakukan. Mulai dari level politisi sampai masyarakat, untuk menumbuhkan kesadaran dari semua kalangan tentang arti pentingnya usaha konservasi Badak Sumatera,” ujarnya.
Agar kelestarian badak sumatera terjaga, lanjutnya, upaya utama yang harus dilakukan adalah menjaga keberadaan badak agar aman dari berbagai ancaman. Terlebih perburuan. Langkah berikutnya, bila memungkinkan mengembalikan kembali populasi badak seperti sediakala.
“Artinya, jika serius ingin melindungi dan peduli akan nasib badak sumatera untuk mencegahnya dari kepunahan. Saatnya semua pihak bergabung untuk menyelamatkan satwa kritis ini. Harus ada dukungan dari berbagai kalangan, seperti pemerintah daerah, politisi, akademisi, LSM/NGO dan masyarakat luas khususnya,” kata Dede Suhendra. []