Templates by BIGtheme NET
Home » Kliping Media » “Dulu Berburu Telur Penyu, Kini Jadi Penyelamat”

“Dulu Berburu Telur Penyu, Kini Jadi Penyelamat”

Kompas.com , Daspriani Y Zamzami

Jumat, 29 Januari 2016 | 13:32 WIB

Sudah hitungan ke-150, Kamaruzzaman (50) menyelesaikan pemindahan tukik terakhirnya dalam sebuah ember.  Semua tukik sudah dipindahkan dan siap untuk dilepaskan ke laut lepas.

Kamis (28/1/2016) sore, Kamaruzzaman dan sejumlah warga Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh Jaya yang tergabung dalam kelompok warga penangkaran penyu Aroen Meubanja, memang akan melepaskan tukik penyu jenis Lekang (Lepidochelys olivacea) ke laut.

Tukik-tukik ini sudah menetas sejak sepekan lalu. “Saya bergabung di kelompok ini sejak 2014, saya tergerak setelah mengetahui ternyata penyu ini adalah binatang langka dan sangat diperlukan keberadaannya di alam untuk keseimbangan,” ujar Kamaruzzaman.

Sebelumnya, sebut Kamaruzzaman, ia adalah pemburu telur penyu. “Selain untuk dikonsumsi sendiri juga untuk dijual. Telur penyu memiliki harga pasar yang lumayan tinggi di Aceh,“ kata dia.

Warga Kecamatan panga, Kabupaten Aceh Jaya antusias melepaskan tukik penyu Lekang di pantai Panga, Aceh Jaya, Kamis (28/1/2016). Tingkat kesadaran warga untuk menyelamatkan habitat penyu kini mulai meningkat di kawasan ini. (Azhar/ WWF-ID)

Warga Kecamatan panga, Kabupaten Aceh Jaya, antusias melepaskan tukik penyu Lekang di pantai Panga, Aceh Jaya, Kamis (28/1/2016). Tingkat kesadaran warga untuk menyelamatkan habitat penyu kini mulai meningkat di kawasan ini. (Azhar/ WWF-ID)

“Satu telur peyu bisa dihargai Rp10.000-20.000, uangnya lumayan buat menutupi kebutuhan sehari-hari di rumah, karena berburu telur penyu ini pun tidak bisa dilakukan setiap saat, hanya waktu waktu tertentu saja,” kata dia.

Beralih dari pemburu penyu menjadi penyelamat penyu, merupakan hal yang luar biasa dirasakan Kamaruzzaman.

Kini dia sibuk mengimbau kepada warga di tempat tinggalnya untuk bisa menyelematkan penyu.

Garis pantai Kecamatan Panga, memang menjadi lokasi pendaratan penyu Lekang untuk bertelur.

Ketua Komunitas Aroen Mubanja, Murniadi mengatakan, sejak belasan tahun lalu, warga memang sudah mengetahui kalau lokasi ini menjadi tempat singgahan penyu untuk bertelur.

“Sebenarnya upaya penyelamatan penyu ini sudah menjadi kearifan loka masyarakat di Panga bahkan semua pesisir Aceh, dimana ketika masyarakat mengambil telur, mereka akan menyisihkan sedikit telur untuk menetas menajdi tukik, tapi telur-telur itu dibiarkan begitu saja tanpa ada pengawasan, jadi kebanyakan telur mati,” kata Dedi.

Kini, sebut Dedi, komunitas yang dipimpinnya terus menyosialisasikan tentang keberadaan penyu yang langka dan terus meminimalisasi upaya warga untuk memburu telur penyu.

“Kabar baiknya, warga mulai responsif dan antusias untuk menyelamatkan telur-telur penyu, dengan ikut melakukan pengawasan saat induk penyu bertelur dan membantu melakukan penangkaran, semua dilakukan dengan usaha swadaya warga,” sebut Dedi.

Marine and Fisheries WWF Indonesia Northern Sumatera Program, Dewi Nopita sari, menilai perlu terus ditingkatkannya kesadaran masyarakat dalam menyelamatkan keberadaan habitat penyu, membuat kerja-kerja konservasi untuk penyu di kawasan ini menjadi lebih baik.

“Kendati demikian, kami bersama warga terus bekerja bersama untuk meningkatkan kapasitas warga, untuk menjadikan lokasi pantai Panga sebagai lokasi penangkaran,” kata dia.

Kamis petang, sebanyak 150 tukik Penyu Lekang dilepaskan di kawasan pantai Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh Jaya. Tukik-tukik penyu ini ditelurkan oleh induknya pada Oktober tahun 2015 lalu. []

Penulis : Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami
Editor : Glori K. Wadrianto

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful