Templates by BIGtheme NET
Home » Program » Mencari Jejak Badak di Leuser

Mencari Jejak Badak di Leuser

Laporan Staf WWF Indonesia Kantor Program Aceh, Tahun 2012

Acehinsight.com – Tak banyak yang tahu, dalam kelebatan hutan Leuser di Aceh menyimpan sisa-sisa populasi Badak Sumatera bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis) yang hidupnya semakin terdesak. Badak Sumatera adalah satwa yang sudah masuk dalam daftar langka dan terancam punah. Mamalia berbadan besar ini dilaporkan hanya ada di provinsi Lampung dan juga Aceh. Mereka dinyatakan sudah tak terlihat lagi di Air Hitam Jambi dan Riau.

WWF Indonesia adalah salah satu lembaga yang punya pengalaman bekerja di bidang konservasi badak khususnya Badak Jawa bercula satu (Rhinoceros sondaicus)di Ujung Kulon. Keberadaan badak sumatera yang terancam juga menjadi perhatian besar bagi WWF dengan harapan keberadaan badak sumatera bisa dilindungi sedini mungkin. Awalnya WWF bekerja di di Lampung untuk upaya pelestarian Badak Sumatera. Dan kini mulai melihat badak di Aceh.

Saat ini WWF bekerja sama dengan Badan pengelola Kawasan Ekosistem Leuser melaksanakan survey awal di salah satu kawasan habitat badak di hutan Leuser bagian tengah provinsi Aceh. Tim yang dipimpin oleh Iwan Podol, ahli jejak badak WWF yang lama bekerja di Taman Nasional Ujung Kulon, mencoba mencari keberadaan badak di Leuser.

“Kebaradaan badak sumatera di Leuser masih menyimpan banyak misteri karena satwa ini jarang terekspos, sehingga kita tidak pernah tahu berapa populasinya di alam liar ,” kata Iwan Podol.

Tim survey yang juga dibantu penuh oleh para pekerja sukarela dari pecinta lingkungan, masyarakat lokal dan ahli fenologi lokal Ibrahim, telah dua kali menjelajah kawasan yang sama untuk mencari tanda-tanda keberadaan badak.

“Kami menemukan kawasan itu pernah disinggahi badak beberapa bulan sebelumnya” kata Iwan Podol.

Di lapangan tim menemukan sebuah jejak badak yang diperkirakan sudah berusia lebih dari 3bulan, keberadaaan kolam mineral (uning) dan sumber pakan yang berlimpah. Ada 42 jenis tumbuhan yang diidentifikasi Iwan Podol dan Ibrahaim sebagai pakan badak sumatera. Habitat yang baik bagi badak sumatera dicirikan dengan sumber pakan yang berlimpah, sumber air berlimpah, adanya sumber mineral. Temuan kawasan habitat badak itu berada di ketinggian 800—1200 meter di atas permukaan laut. Dikelilingi pegunungan yang dliliputi hutan sekunder dan primer.

“Kami memperkirakan badak-badak ini menjelajah daerah yang cukup luas dan berhubungan dengan habitat-habitat badak lainnya melalui punggungan gunung yang menyatu,” kata Iwan Podol.

Mereka juga menemukan jejak-jejak spesies kunci sumatera lainnya seperti gajah dan harimau dan bertemu langsung dengan orangutan. Ini membuktikan bahwa Leuser merupakan satu-satunya tempat di Sumatera yang masih menyimpan 4 spesies kunci.

“Namun keberadaan satwa-satwa ini sangat terancam karena kami menemukan banyak jejak-jejak perburuan seperti adanya jerat besi untuk harimau,” kata Iwan Podol.

Iwan menyebutkan habitat Badak Sumatera di Leuser yang bergunung berbeda dengan yang terdapat di Lampung. Yang berada dataran rendah dan berawa yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bukti Barisan Selatan.

Tak ada yang lebih penting saat ini selain menyelamatkan sisa-sisa populasi badak yang ada di Sumatera khususnya di Leuser. Tekanan terhadap kehidupan badak semakin tinggi dengan semakin luasnya pengurangan habitat akibat alih fungsi hutan menjadi lahan budidaya, pemukiman dan pembangunan infrastruktur seperti jalan. Habitat badak menjadi terfragmentasi dan badak semakin terisolir. Daya jelajahnya menjadi terbatas.

Badak satwa yang sensitive terhadap gangguan. Mereka akan semakin jauh menyingkir mencari empat yang aman. Mereka juga stress karena terus dikejar pemburu yang mengincar culanya.

Di seluruh belahan dunia, cuma ada 5 spesies badak yakni Badak Putih Afrika, Badak Hitam Afrika dan Badak India, Badak Sumatera dan Badak Jawa. Badak adalah aset kebanggaan bangsa, namun sayang banyak yang belum peduli untuk melestarikan populasinya yang terus menurun dari tahun ke tahun.

Saat ini melalui program konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon, populasi badak Jawa relatif stagnan populasinya, meski tidak berhasil meningkatkan populasinya seperti badak Afrika dan India, namun capaian ini masih lumayan berhasil untuk mempertahankan kebaradaan badak di tanah Jawa. Ketika pertama kali program konservasi badak jawa dilaksanakan, jumlah badak di Unung Kulon tercatat hanya 20-an individu pada tahun 1967. Dalam kurun waktu 5 tahun jumlahnya meningkat menjadi 40 individu dan sampai saat ini stagnan pada kisaran 40-60 individu.

Meski demikian paling tidak program konservasi di Ujung Kulon telah berhasil mengetahui secara rinci statistik populasi, titik-titik keberadaan, dan bahkan berbagai pengetahuan perilakunya.

Nasib badak sumatera lebih tidak jelas lagi. Tidak ada penelitian yang intensif untuk mengetahaui keberadaan populasi badak di Pulau Sumatera. Dalam evaluasi strategi konservasi badak sumatera pada Juni 2011, belum ada capaian yang didapatkan. Laporan tragis malah didapatkan bahwa populasi badak sumatera di alam liar semakin turun jumlahnya dari tahun ketahun.

Tahun 1986-1995 dilaporkan badak tersebar di 15 kantong habitat di dua propinsi bagian ujung Sumatera yakni Aceh dan Lampung, Tapi tahun 2007 populasinya menyusut menjadi populasi-populasi kecil di 6 kantong habitat. Jumlah total individunya pun senantiasa berkurang, dari 425 – 800 individu pada tahun 1986 menjadi tersisa 420 – 785 individu pada tahun 1991.

Tahun 1993 jumlah ini berkurang secara drastis menjadi 215 – 319 individu, dan tahun 1995 berkurang hampir separuhnya menjadi 156 individu. Kepunahan lokal pernah terjadi pada populasi badak di Taman Nasional Kerinci Seblat dan kejadian seperti ini tidak boleh terjadi pada populasi badak sumatra yang ada saat ini.

Data terakhir tahun 2007 menyebutkan badak Sumatera tersisa 145 – 200 individu. Dalam rentang waktu tersebut, telah terjadi kepunahan badak Sumatera di 9 kantong habitat di dua propinsi. Jumlah estimasi populasi badak di Aceh berdasarkan data Yayasan Leuser Internasional (YLI) Tahun 2010 berkisar antara 25 hingga 30 ekor, Minimnya data tentang badak menyulitkan untuk mengkaji lebih jauh upaya konservasi yang harus diambil untuk menyelamatkan badak dan habitatnya. (Azhar/Chik Rini)

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful