Templates by BIGtheme NET
Home » Publikasi » WWF Sosialisasikan Modul Rekontruksi Hijau Pasca Bencana

WWF Sosialisasikan Modul Rekontruksi Hijau Pasca Bencana

Untuk Disiarkan Segera Sabtu, 26 Oktober 2013

Banda Aceh – WWF Indonesia mensosialisasikan “Modul Rekontruksi Hijau Pasca Bencana” sebagai panduan bagaimana menintegrasikan rekontruksi pasca bencana dengan isu lingkungan. Modul ini menjadi panduan untuk menghindari adanya eksploitasi sumber daya alam yang tidak benar untuk proses rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana, sehingga tidak berdampak timbulnya bencana baru karena terjadinya kerusakan lingkungan.

Modul ini merupakan hasil dari kerjasama selama 5 tahun pasca bencana gempa dan tsunami antara WWF, Palang Merah Amerikan dan lembaga mitra di Indonesia, Srilanka, Thailand dan Maldives.

Dalam sosialisasi yang diikuti perwakilan Badan Penanggulangan Bencana di propinsi dan daerah, dinas terkait, akademisi, LSM, kelompok masyarakat dan media massa di Banda Aceh, Sabtu (26/10/2013), menghadirkan pemateri antara lain Tri Agung, Dede Suhendra dan Azhar diikuti dengan diskusi grup untuk membahas isi modul sesuai dengan pengalaman Aceh dalam menghadapai bencana.

“Modul ini menjadi penting bagi Aceh karena Aceh berada di daerah rawan bencana karena berada di jalur ring of fire yang menyebabkan kita harus siap menghadapi bencana,” kata Dede Suhendra yang merupakan Pimpinan Proyek WWF Indonesia Kantor Program Aceh.

Untuk Indonesia, WWF Indonesia menyusun modul ini bekerjasama dengan WWF Amerika selama dua tahun. Pasca bencana Gempa Bumi dan Tsunami yang melanda Provinsi Aceh, pada tahun 2004, dilaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi besar-besaran untuk memulihkan kondisi Aceh. Dunia internasional dan berbagai pihak di Indonesia termasuk WWF secara aktif  terlibat dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh.

“Saat rekontruksi Aceh pasca bencana tsunami, WWF mendorong pemanfaatan kayu bersertifikasi agar tidak terjadi pengambilan kayu ilegal yang merusak hutan Aceh. Hal ini diadopsi oleh banyak NGO luar negeri yang sedang melakukan pembangunan banyak rumah bantuan bagi korban bencana,” kata Azhar.

Salah satu yang dikembangkan ketika itu adalah mengembangkan Dokumen Strategi dan Model rekontruksi hijau (Green Recontruction Guideline) atau di singkat GRG. Dokumen Strategi dan Model GRG ini kemudian dijadikan banyak pihak baik internasional dan nasional menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh. Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Aceh juga menjadikan dokumen ini menjadisebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh.

Menurut Tri Agung, ada 6 prinsip rehabilitasi dan rekontruksi hijau pasca bencana yakni tidak merusak lingkungan sehingga dapat meminimalisasi kerusakan lingkungan, adanya rasa memiliki baik pemerintah, pelaksana dan masyarakat terhadap proses rehab dan rekontruksi, keputusan yang diambil harus cepat karena menyangkut kepentingan darurat, semua pihak harus menyadari bahwa lingkungan banyak manfaatnya jadi tidak mengeksploitasinya secara berlebihan selain itu juga perlu mengedepankan kearifan lokal dalam rehab dan rekon.

Paska diimplementasikan di Aceh, ternyata dokumen strategi dan model rekonstruksi hijau ini ternyata juga mendapatkan apresiasi positif dari berbagai negara, khususnya negara yang mengalami bencana seperti Indonesia. Tercatat, Pakistan, Srilanka, dan China menjadikan dokumen ini sebagai acuan.

Demikian pula di dalam negeri, berbagai bencana yang sering terjadi di Indonesia, seperti Gempa Padang, dan Jogyakarta juga menjadikan dokumen ini menjadi acuan dalam rangka pemulihan. Substansi dari strategi dan model rekonstruksi hijau ini adalah melaksanakan kegiatan pemulihan bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi) dengan meminimalkan munculnya dampak lingkungan yang baru atau dengan kata lain pemulihan dilakukan guna memastikan keseimbangan ekologi tetap bisa terjaga.

Bergerak dari pengalaman tersebut, WWF Indonesia dan WWF Amerikamengambil inisiatif untuk mengembangkan lebih jauh dokumen strategi dan model rekonstruksi hijau tersebut menjadi sebuah modul yang nantinya bisa digunakan atau dipraktekknya secara mudah dalam rangka melakukan pemulihan pasca bencana oleh berbagai pihak. Modul yang dikembangkan ini diharapkan bisa mempermudah kegiatan pemulihan namun disisi lain bisa memastikan keseimbangan aekologi tetap terjaga.

Dalam rangka itu, WWF-Indonesia merencanakan mensosialisasikan dokumen modul yang telah dikembangkan lebih dari tiga tahun dalam rangka penyempurnaan kepada berbagai pihak, khususnya di Provinsi Aceh. Melalui sosialisasi ini modul yang dikembangkan ini bisa dipahami, diketahui dan tentunya diharapkan nantinya bisa dijadikan acuan dalam rangka pemulihan pasca bencana. Apalagi Aceh adalah salah satu Provinsi yang rentan dalam rangka menghadapi bencana. (selesai)

Kontak :

DEDE SUHENDRA

Project Leader WWF-Indonesia Aceh Program

Email : [email protected]

Hp. 0816343801

CHIK RINI

Communication Officer WWF-Indonesia Aceh Program

Email : [email protected]

Hp. 08116803191

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful