Templates by BIGtheme NET
Home » Kliping Media » Konservasi dan Perlindungan Kawasan Pesisir, Aktivis Lingkungan Gelar Pelepasan Anak Penyu

Konservasi dan Perlindungan Kawasan Pesisir, Aktivis Lingkungan Gelar Pelepasan Anak Penyu

Kelompok Konservasi Pantai Binasih yang dipimpin oleh Budi Sikumbang bersama WALHI Sumatera Utara dan WWF Indonesia melakukan kegiatan pelepasan anak penyu, Senin (5/2). Kegiatan pelepasan tukik dihadiri oleh masyarakat dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Acehinsight.com – Kelompok Konservasi Pantai Binasih yang dipimpin oleh Budi Sikumbang bersama WALHI Sumatera Utara dan WWF Indonesia melakukan kegiatan pelepasan anak penyu, Senin (5/2). Kegiatan pelepasan tukik dihadiri oleh masyarakat dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Kegiatan pelepasan tukik merupakan upaya kampanye yang dilakukan untuk mendukung kegiatan konservasi penyu yang ada di Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah. Setelah pelepasan tukik, digelar workshop dengan tema Upaya Konservasi Penyu di Desa Pantai Binasih, Sorkam Tapanuli Tengah” di Hotel Pia Pandan, Selasa (6/2).

Hadir sebagai pembicara dalam workshop tersebut antara lain Staf Advokasi bidang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil WALHI Sumatera Utara Fhiliya Himasari, Marine and Fisheris Officer-WWF Indonesia/Aceh Dewi Novita Sari, Staf BPSPL Padang/Kementrian Kelautan dan Perikanan  Padang Monica Pinem, Masyarakat Kelompok Konservasi Binasih Sorkam Budi Sikumbang, dan Ketua Konservasi Aroen Meubanja Aceh  Dedi. Hadir juga dalam workshop tersebut antara lain Dinas Kelautan dan Perikanan  Tapteng, Yayasan Ekosistem Lestari, perkumpulan samudera, BBKSDA Sumatera Utara, LANAL Sibolga, Camat Sorkam, lurah Binasih Sorkam dan Kelompok Konservasi Penyu .

Fhiliya Himasari Sinulingga dalam kesempatannya mengatakan bahwa kebijakan konservasi harus selaras dengan peraturan perundangan yang ada  (UU KSDHE no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistem) yang berasaskan azas serasi, seimbang, manfaat, keadilan, kemitraan, keterpaduan, dan lainnya. Diungkapkannya, ada banyak hal yang dapat mengancam dalam upaya konservasi penyu baik dari sisi internal (perubahan iklim, predator, penyakit) maupun eksternal (perburuan dan penjualan telur, sampah, penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan adanya konversi kawasan mangrove).

Namun, jaminan tidak adanya kerusakan terhadap kawasan pesisir juga mutlak di dapatkan, karena itu juga menjamin kelestarian penyu dan perlindungan masyarakat pesisir juga,” kata Fhiliya.

Monica Pinem mengatakan bahwa BPSPL Padang sudah banyak melakukan upaya kegiatan konservasi yang dimulai dari tahun 2016 sampai tahun ini. Tahun 2018 BPSPL Padang sudah melakukan pengusulan dalam hal penganggaran dalam bentuk bantuan kepada nelayan dalam upaya konservasi penyu. Bantuan tersebut sudah melalui tahap verifikasi dari kebutuhan yang dibutuhkan oleh nelayan akan tetapi waktu pemberian belum dapat dipastikan tapi pastinya akan diberikan pada tahun 2018.

Dalam kegiatan konservasi banyak dihadapi permasalahan. Nelayan butuh dukungan berbagai pihak baik dari dalam maupun luar. Dukungan bisa berupa pendampingan dan pendanaan. Semua pihak yang berkolaborasi untuk mensukseskan kegiatan pelestarian konservasi penyu Binasih Tapteng yang merupakan penggiat konservasi,” jelasnya.

Dewi Novita Sari mengatakan bahwa penyu merupakan hewan reptil yang hidup di laut dan bertelur di darat. Penyu merupakan hewan yang sangat sensitif. Penyu memiliki insting yang tajam. Penyu ada 7 macam jenis di dunia dan Indonesia memiliki 6 dari 7 jenis dan terkhusus di Kecamatan Sorkam Barat ada 4 jenis yaitu penyu hijau, penyu lekang, penyu pipih, dan penyu sisik. Peran penyu sangat penting terkhusus di wilayah pesisir dan laut.

Penyu memiliki keunikan tersendiri seperti memastikan keberadaan ekosistem padang lamun, penyu memakan ubur-ubur untuk yang memakan ikan. Saat ini WWF Indonesia sudah membuat sebuah software  Akvoflow berbasis sistem Android berdasarkan data base sebagai upaya kegiatan pendataan dan monitoring. Kedepannya kegiatan pelepasan tukik lebih baik membuat garis batas pelepasan supaya tidak ada yang menggangu tukik mau ke laut. Pada saat pendataan dan monitoring perlu dukungan dari pemerintah setempat agar kegiatan berjalan dengan baik,” ungkap Dewi.

Dedi yang merupakan Ketua Konservasi Aroen Meubanja mengatakan bahwa kegiatan konservasi penyu di Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh jaya dilakukan sejak tahun 2012 dikarenakan kepedulian terhadap ancaman kepunahan penyu. Kegiatan konvervasi berupa edukasi dan penyadaran bagi masyarakat dan generasi yang akan datang. Kegiatan konservasi penyu diselaraskan dengan kearifan lokal berbasis daerah. Terkhusus di Kecamatan Panga sudah ada aturan adat (Qanun mukim Panga Pasie No.1 tahun 2016).

Kegiatan konservasi yang dilakukan berupa pemantauan, pendataan, relokasi (dibuat semi alami semirip mungkin dengan induknya) dan kegiatan pelepasan. Pada awalnya tidak ada bantuan dana yang diberikan oleh pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya dalam hal konservasi penyu. Tukik memiliki keunikan tersendiri dimana akan merekam magnet bumi sehingga pada saat akan dilepaskan akan kembali ke habitat asal,” ungkapnya.

Sementtara Budi Sikumbang menjelaskan bahwa upaya kegiatan konservasi penyu yang telah mereka kerjaan hingga saat ini belum ada yang mengarahkan dan mengkosonsolidasikan. Kegiatan konservasi dilakukan di empat (4) desa. Dalam kegiatan monitoring dilakukan secara swadaya dan tidak menerima bantuan dari pihak manapun. Terkhusus di kabupaten Tapanuli Tengah, konsumsi penyu sangat tinggi khususnya konsumsi telur penyu.

Kedepannya kegiatan konservasi penyu perlu dilakukan lebih baik dan kelompok konservasi mengharapkan bantuan dalam hal pelatihan peningkatan kapasitas kepada anggota kelompok konservasi,” tandasnya. [sfj/rmolsumut.com]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful