Templates by BIGtheme NET
Home » Artikel » Gajah dan Electric Fencing

Gajah dan Electric Fencing

Dua ekor gajah mati lagi di Aceh pada tanggal 15 Oktober 2017. Dari berbagai informasi, dugaan kematian tersebut akibat tersengat listrik oleh kawat pagar yang dialiri listrik. Terlepas dari dugaan kematian gajah akibat tersengat listrik atau tidak, fenomena kematian gajah akibat tersengat listrik terutama dari instalasi kawat berarus listrik yang disebut electric fence untuk satwa liar adalah nomor ke-4 penyebab kematian gajah tertinggi setelah teknik peracunan, perburuan dengan senjata dan penyakit, dalam tiga tahun terakhir.

Kematiaan gajah dari kasus ini bukanlah hal yang baru terjadi. Pada  bulan Februari 2016, satu ekor gajah betina mati oleh electric fence ini karena kawat yang dialiri listrik, disambungkan langsung ke genset (power supply) langsung 220 volt yang digunakan untuk menghindari satwa liar masuk ke dalam kebun sawit satu keluarga yang memiliki lahan 1 ha di Duri, Riau.

Teknik electric fence untuk penghindaran terhadap satwa liar yang dianggap hama bukanlah hal yang baru, teknik ini sudah dilakukan orang sejak sepuluh atau dua puluh tahun lampau. Tetapi dalam 10 tahun terakhir, electric fencing merupakan teknik yang mulai digunakan secara umum di kebun-kebun di berbagai tempat termasuk kawasan Asia. Tehnik ini mudah diaplikasikan dan saat ini perangkatnya mudah didapat dengan jalur pedagangan online.

Di Malaysia, alat ini banyak digunakan di perkebunan-perkebunan besar dan juga sebagai alat mitigasi konflik satwa liar yang dibangun oleh pemerintah misalnya dari Badan Perhilitan Malaysia (Balai Konservasi setempat). Di Srilanka dan India, electric fence banyak digunakan di masyarakat untuk menghindari kebun dari serangan satwa liar  terutama gajah. Penggunaan kawat berbagai macam, yang paling sederhana adalah satu line, sampai 4 line. Intinya, di beberapa tempat, alat ini cukup efektif sebagai perangkat penhindaran satwa liar atau sebagai alat mitigasi konflik.

Electric fencing dibangun dari strategi kecut (efek psikologis) dari kawat yang dialiri listrik. Tujuannya bukanlah untuk mematikan tetapi lebih memberikan efek kejut. Secara standar, alat ini dilengkapi penguat voltase mencapai 50.000 volt dan disetting dalam AC/DC. Jadi penggunaan accu (aki), penguat voltase, kawat yang mencapai panjang lebih dari 1 km, tiang penyangga yang dilapisi resistor (untuk tujuan aliran listrik tidak sampai ke tanah) adalah perangkat dasar dari alat ini.

Secara teori untuk wilayah Sumatera, disarankan tidak digunakan untuk membatasi kebun dengan satwa liar tetapi sebagai barrier pemukiman terhadap satwa liar sebagai prioritas pertama. Baru kemudian digunakan untuk kebun sebagai prioritas kedua. Penggunaan alat ini juga harus hati-hati, karena kesalahan melakukan instalasi tidak akan menghasilkan efek kejut, tetapi justru mematikan dan berbahaya bagi manusia.

Dalam strategi konservasi gajah sumatera dan Kalimantan secara nasional dan berbagai arah strategi dan kebijakan internasional dalam mitigasi konflik gajah – manusia, electric fencing adalah salah satu tehnik mitigasi konflik yang direkomendasikan. Keuntungan alat ini adalah relatif mudah digunakan, efisiensi sampai 100% menghindari konflik gajah – manusia dan tidak menimbulkan efek sampingan seperti penggunaan mercon yang bisa menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan.

Kelemahan alat ini adalah dibeberapa tempat relatif mahal apalagi jika menerapkan 4 line kawat dalam satu instalasi. Kemudian, prakteknya adalah kurang pemeliharaan sehingga banyak kasus, alat ini kemudian tidak berfungsi di lapangan, seringkali dipilih dalam penempatan yang statis, sehingga dinamika konflik gajah – manusia tidak dapat diatasi dan kesalahan instalasi yang menyebabkan satwa tersebut akhirnya mati tersengat listrik.

Para pemangku kepentingan terutama yang berkaitan dengan upaya mitigasi konflik satwa liar memang perlu menerapkan panduan mengenai instalasi dan penggunaan alat ini bagi masyarakat. Tujuannya agar masyarakat tidak salah arah terhadap penggunaan alat mitigasi ini. Sosialisasi alat ini dilakukan untuk perusahaan dan masyarakat pekebun yang ingin menerapkan alat ini di lapangan.

Yang terpenting pula adalah penyiapan masyarakat terhadap alternatif komoditas yang tidak disukai gajah yang bernilai  ekonomi dan dapat ditanam oleh dikelola masyarakat. Di Aceh, komoditas kemiri,sereh, singkong pait atau kopi menjadi target komoditas yang direkomendasikan di tanam di wilayah-wilayah yang memang menjadi jalur jelajah gajah. Komoditas ini bernilai ekonomi tetapi tidak  disukai  gajah. Beberapa lokasi misalnya di Duri, Riau.

Masyarakat tidak perlu lagi menggunakan parit gajah dan electric fencesebagai alat menghindari gajah masuk kebun dan merusak tanaman. Mereka menanam komoditas yang tidak disukai gajah dan mereka tetap membiarkan gajah masuk kebun, dan ternyata gajah tidak memakan komoditas tersebut sehingga kerugian terhindarkan. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful