Templates by BIGtheme NET
Home » Geothermal » Perempuan Aceh Untuk Energi Berkelanjutan

Perempuan Aceh Untuk Energi Berkelanjutan

Acehinsight.com –  Minimnya informasi dan partisipasi perempuan terkait energi baru terbarukan (EBT) yang belakang ini ramai diberitakan sejumlah media di Aceh, ternyata menginisiasi WWF Indonesia Northern Sumatra Program untuk menggelar workshop bertema “Perempuan Aceh Untuk Energi Berkelanjutan” pada Selasa, 19 September 2017, di Sultan Hotel, Banda Aceh.

Kegiatan yang dimoderatori oleh Project Leader WWF Indonesia Northern Sumatra Program, Dede Suhendra, menghadirkan beberapa narasumber seperti Ring of Fire Program Coordinator WWF Indonesia, Achmed Shahram Edianto, Koordinator Aceh Geothermal Forum (AGF) Fahmi serta Suraiya Kamaruzzaman, Balai Syura Ureung Inong Aceh (BSUIA).

Dalam sambutannya, Project Leader WWF Indonesia Northern Sumatra Program, Dede Suhendra mengatakan, sebagai pemeran utama dalam kelangsungan hidup keluarga, perempuan memiliki peranan sangat penting dalam membantu mewujudkan sumber energi yang terbarukan. Namun permasalahan yang kerapkali  muncul adalah kurangnya informasi, edukasi dan pendampingan untuk perempuan.

“Selama ini, akses informasi yang diberikan kepada masyarakat, terutama perempuan, seharusnya tidak terbatas pada sosialiasi satu arah. Oleh karenanya, WWF ingin membuka ruang informasi itu untuk mendorong sebagai sebuah strategi Affirmative Action agar perempuan juga memiliki ruang yang sama untuk mendiskusikan isu-isu terkait energi berkelanjutan di Aceh,” kata Project Leader WWF Indonesia Northern Sumatra Program, Dede Suhendra.

Adanya kegiatan ini, Dede berharap adanya sebuah ruang yang didapat oleh perempuan di Aceh untuk melakukan diskusi, tukar menukar informasi serta penambahan pengetahuan dalam hal energi berkelanjutan.

“Semoga pertemuan ini, punya rencana tindak lanjut yaitu melahirkan sebuah jaringan strategis perempuan untuk mendorong, mengawal atau mengadvokasi terkait isu-isu energi baru terbarukan di Provinsi Aceh,” ujar Dede Suhendra.

Sementara itu, Ring of Fire Program Coordinator WWF Indonesia, Achmed Shahram Edianto, menambahkan bahwa akses informasi yang diberikan kepada masyarakat, terutama perempuan, seharusnya tidak terbatas pada sosialiasi satu arah. Menurutnya, partisipasi bagi perempuan menjadi sulit, jika informasi yang diberikan kepada kaum perempuan tidak lah cukup.

“Peran WWF sendiri yaitu membuka akses sebebar-besarnya terkait informasi yang berhubungan dengan energi. Ketika informasi itu sudah diterima, maka kita tinggal menyambungkan (link) antara para pengembang energi baru terbarukan (EBT) yang berkelanjutan dengan peran perempuan itu sendiri,” ungkap Achmed.

Menurut Achmed, ada tiga hal yang paling penting ketika bicara mengenai perempuan dan energi baru terbarukan (EBT), pertama, terkait dengan pengarusutamaan gender di dalam sektor energi baru terbarukan, kata Achmed, pada beberapa diskusi tingkat nasional, ternyata pengarusutamaan ini sudah harus melibatkan perempuan. “Kita menyebutnya kesetaraan gender untuk pengembangan energi terbukan,”. Kedua, pihaknya ingin memetakan peran daripada perempuan-perempuan di Aceh tentang bagaimana pengetahuan mereka sampai sekarang ini terkait isu-isu energi baru terbarukan. “Apakah sudah familiar dengan energi baru terbarukan dan bagaimana peran mereka pada masing-masing wilayah tempat tinggal mereka, itu yang akan dicoba sinergikan bersama,”. Ketiga, Lanjut Achmed, yang paling penting adanya satu gerakan (sosial movement) dari perempuan-perempuan di Aceh untuk mengakomodir isu-isu yang berkait dengan gender dan energi.

“Kalau kita melihat dari semangat dari perwakilan perempuan dari beberapa Kabupaten/Kota di Aceh yang ikut kegiatan ini, kita tinggal memberikan wadah, apakah berbentuk forum atau koalisi, yang penting bisa mengakomodir peran perempuan dalam pengembangan energi,” ujar Achmed.

Workshop yang dihadiri oleh sejumlah, perwakilan perempuan Sabang, Aceh Besar, Pidie, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Tenggara, dosen dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan sejumlah komunitas perempuan di Banda Aceh.

“Ketika peran perempuan meningkat dan secara kapasitas mereka terkait dengan isu energi sudah lebih baik, dapat dikatakan peran aktif perempuan dalam hal pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Provinsi Aceh, jauh lebih baik,” tutup Achmed. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful