Templates by BIGtheme NET
Home » Activity » Workshop Desain Intervensi Habitat Gajah Di DAS Peusangan

Workshop Desain Intervensi Habitat Gajah Di DAS Peusangan

Camat Ketol, Maimun ST, saat menghadiri Workshop “Desain Intervensi Habitat Gajah Di DAS Peusangan” yang digelar oleh WWF Indonesia Northern Sumatra Program bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, di Balai Desa Bergang, Sabtu 29 April 2017, Bergang, Ketol, Aceh Tengah

Acehinsight.com – WWF Indonesia Northern Sumatra Program bersama pemerintah kabupaten Aceh Tengah menggelar Workshop “Desain Intervensi Habitat Gajah di DAS Peusangan”, Sabtu (29/04/2017) di Desa Bergang, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.

Workshop ini sendiri dihadiri sekitar 35 peserta yang terdiri dari masyarakat desa Karang Ampar dan desa Bergang, Camat Ketol, Kapolsek, Danramil, pihak CRU DAS Peusangan, WWF Indonesia, perwakilan Forum DAS Krueng Peusangan (FDKP) serta sejumlah pihak dari instansi terkait.

Dalam sambutannya, Camat Ketol Maimun ST mengatakan bahwa, terkait isu konflik gajah-manusia yang terjadi di Desa Karang Ampar dan Bergang, dirinya terus berupaya bersama pemerintah kabupaten agar persoalan ini dapat segera teratasi dan tidak menjadi konflik yang berlanjutan.

Menurut Maimun, persoalan konflik gajah-manusia bukan hanya persoalan satu pihak saja, namun ini merupakan persoalan yang harus ditangani bersama. “Kalau memang kita harus kembali bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini, maka kita harus siap dan sama-sama peduli terkait apapun yang terjadi dengan kampung kita ini,” ujarnya.

Lebih lanjut pihaknya juga sangat berterima kasih kepada semua pihak sampai saat ini terus membantu untuk sama-sama menyelesaikan persoalan konflik gajah-manusia yang terjadi di Desa Karang Ampar dan Desa Bergang.

“Semoga para peserta yang mengikuti workshop ini dapat memperoleh ilmu baru yang sangat berguna terkait mitigasi konflik gajah-manusia dan menjadi perubahan yang lebih baik bagi masyarakat dalam menghadapi gangguan daripada gajah atau satwa liar lainnya,” kata Maimun.

Maimun berharap selama konflik gajah-manusia ini masih terjadi, jangan sampai ada jatuh korban baik dari sisi manusia maupun satwa tersebut.

“Sangat diharapkan semua pihak yang terkait baik dari pemerintah, LSM, komunitas dan elemen masyarakat dapat bergerak bersama untuk melestarikannya, sehingga ke depannya konflik yang terjadi selama ini dapat berkurang, populasi gajah dan habitatnya tetap terjaga dan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan satwa terutama gajah,” ujar Maimun.

Galeri Workshop Desain Intervensi Habitat Gajah Di DAS Peusangan

Sementara itu, WWF Indonesia Central Sumatra Manager program, Wishnu Sukmatoro mengatakan bahwa, persoalan gajah sumatera dan kondisi habitatnya merupakan permasalahan yang kompleks saat ini. Menurut Wishnu upaya–upaya mitigasi konflik yang telah dilakukan berbagai stakeholder seperti pemerintah, LSM dan perusahaan merupakan solusi yang yang baik dan tepat dilakukan.

“Ada banyak tehnik mitigasi konflik yang dapat diterapkan oleh masyarakat yang berkonflik dengan satwa liar seperti gajah. Pembinaan habitat gajah dengan melakukan rehabilitasi lahan terhadap tumbuhan pakan gajah, menyediakan mineral artifisial dan air adalah satu satu inisiatif baru,” kata Wishnu.

Wishnu Sukmatoro, WWF Indonesia Central Sumatra Manager program, saat menjadi pemateri di Workshop “Desain Intervensi Habitat Gajah di DAS Peusangan” Sabtu (29/04/2017) di Desa Bergang, Ketol, Aceh Tengah.

Baca : Mencegah Konflik Gajah, Melindungi Gajah

Di Indonesia, lanjut Wishnu, inisiatif ini telah dilakukan untuk satwa lain tetapi untuk spesifik gajah belum pernah dilakukan.Pembinaan habitat gajah adalah spesifik di lokasi-lokasi yang sudah tidak memiliki habitat memadai, kawasan-kawasan konservasi yang sudah habis dirambah.

“Kita berharap desa di Aceh Tengah ini dapat menjadi salah satu contoh desa yang sudah menerapkan teknik mitigasi konflik yang baik. Seperti adanya tim penggiringan, sudah ada pengalian parit gajah dan semoga semoga kedepannya juga tersedia kawasan habitat alami gajah,” ujarnya.

Meski demikian Wishnu mengakui, bahwa kelemahan dari teknik mitigasi konflik gajah-manusia ialah tidak semuanya efisien atau dapat diimplementasi disetiap desa. Karena pada intinya kata Wishnu, kita harus dapat menyatukan semua teknik mitigasi konflik gajah-manusia dengan melihat kondisi dilapangan atau kawasan tersebut.

Seperti diketahui, ancaman terbesar kelestarian gajah liar adalah hilangnya habitat akibat konversi hutan menjadi peruntukan lain yang tidak memperhitungkan keberadaan gajah, seperti untuk perkebunan kelapa sawit, HTI Akasia, dan pengerogotan oleh pembalakan liar. Ancaman lainnya yang mungkin adalah perburuan liar untuk mendapatkan gading gajah. Oleh karena itu, ancaman-ancaman ini menimbulkan konflik antara gajah dan manusia yang menyebabkan kerugian kedua belah pihak. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful