Templates by BIGtheme NET
Home » Galeri » Memantau “Abang Kul” Di Lembah Peusangan

Memantau “Abang Kul” Di Lembah Peusangan

Acehinsight.com – Jarum jam menunjukkan pukul 09.55 WIB, Selasa (6/12). Puluhan pria yang terdiri dari warga Desa Karang Ampar dan Desa Bergang, Tim Disbunhut Aceh Tengah, WWF Indonesia dan sejumlah media lokal sedang bersiap-siap melakukan Pelatihan Penanganan Konflik Gajah dan Manusia (KGM) sekaligus memantau keberadaan gajah liar yang berada di sekitar lembah Peusangan.

Bersama rombongan tim gabungan tersebu t, Acehinsight.com berkesempatan untuk ikut memantau keberadaan gajah liar yang selama ini berada dekat permukiman warga Desa Karang Ampar dan Desa Bergang, Kecamtan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.

Seperti diketahui, konflik gajah dengan manusia sepertinya tak kunjung berakhir di perbatasan Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sudah beberapa kali diupayakan menggiring kawanan satwa berbelalai panjang ini dengan bunyi mercon dan meriam karbit. Memang, kawanan “abang kul” [sebutan untuk gajah-bahasa Gayo] bergeser dan menjauh dari kawasan itu. Namun, beberapa minggu kemudian, “abang kul” itu kembali lagi.

“Kami terus memantau keberadaan gajah yang ternyata telah menyebar, tetapi masih di Kecamatan Ketol. Pemantauan secara menyeluruh juga harus dilakukan dengan melihat dari udara dengan menggunakan drone,” ujar Zulfikar Ahmad, koordinator Tim Disbunhut Aceh Tengah, Selasa (6/12/2016), saat berada di lokasi pemantauan gajah dikawasan hutan Pantan Muslimin, Kec. Ketol, Kab. Aceh Tengah.

Awalnya, penggunaan drone dalam operasi ini adalah untuk memastikan posisi kawanan gajah. Dengan diketahuinya posisi “abang kul” itu, selain dapat dihindari bentrok langsung antara anggota regu dengan kawanan gajah, juga untuk mengefektifkan proses penggiringan ke lokasi yang direncanakan, yaitu ke lembah disekitar Sungai Peusangan.

Ketika drone jenis DJI Phantom 4 yang dipiloti oleh Nurdin Syah, Eka Rahmadi dan M. Hijratur Rizki  itu mengangkasa, mesin tak berawak ini mengeluarkan bunyi mirip suara kawanan lebah. Seperti dituturkan oleh Nurdinsyah, salah seorang pilot drone, kawanan gajah yang sedang dipantaunya berlarian saat drone berada tepat diatas posisi hewan dilindungi itu. Kemudian ketinggian drone diturunkan oleh Nurdinsyah, ternyata kawanan gajah berlari semakin cepat.

Melihat fenomena itu, Tim Drone Disbunhut Aceh Tengah berkesimpulan bahwa drone jenis DJI Phantom 4 cukup efektif untuk menggiring kawanan gajah ke lokasi yang diinginkan. “Begitu takutnya, kawanan gajah itu malah mendaki bukit berhutan lebat yang kemiringannya mencapai 30%. Akhirnya posisi gajah tidak terpantau lagi oleh drone, ” ungkap Zulfikar Ahmad yang dini hari nanti akan kembali lagi ke lokasi penggiringan gajah.

Menurutnya, untuk mempermudah penggiringan kawanan gajah liar, maka telah didirikan posko di Karang Ampar, Kecamatan Ketol, sehingga proses penggiringan bisa dipantau dengan baik. “Kawasan yang paling sering disambangi gajah liar, seperti di kawasan Karang Ampar dan Bergang,” paparnya.

Di Desa Karang Ampar dan Desa Bergang, kelompok gajah yang berjumlah 5 – 10 individu itu, sudah beberapa bulan berada di sana. Siang hari, mereka bersembunyi di bawah rimbunan pohon dan alur-alur sungai yang tertutup semak. Menjelang petang hingga fajar menyingsing, mereka berpencar untuk mencari makan ke kebun-kebun warga.

Konflik gajah dan manusia terjadi setiap tahun sejak 2013, ketika jalur jelajah gajah di Peusangan menyempit akibat pembukaan areal perkebunan. Di sini 40 ekor gajah hidup berpencar di sepanjang koridor sempit sungai Peusangan yang panjangnya hanya 15 kilometer.

Bukan isapan jempol 

Kawanan gajah takut terhadap suara lebah bukan isapan jempol. Hasil penelitian Lucy King, mahasiswi PhD dari Oxford University, seperti yang diberitakan oleh Tempodotco [13/8/2016], menyarankan kepada para petani di Kenya Utara agar membuat pagar dengan sesuatu yang ditakuti oleh gajah, yaitu lebah.

“Pagar sarang lebah terdiri atas sarang yang saling berkaitan dan ‘boneka’ sarang lebah tergantung 10 meter terpisah terkait dengan kawat pagar itu. Jika terganggu, seluruh pagar kawat akan berayun dan membuat lebah ke luar,” kata King seperti ditulis Tempodotco.

Dalam penelitiannya, King menuturkan 94 persen gajah akan menjauh ketika mendengar suara lebah. Menurut dia, pagar lebah sebagai “listrik alami” itu adalah solusi yang sangat hemat biaya dan efisien.

“Setelah mereka tahu ada sarang lebah aktif di pertanian, kami menduga mereka ingat dan akan menghindarinya pada masa mendatang,” ujar Lucy King kepada CNN yang dilansir kembali oleh Tempodotco. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful