Templates by BIGtheme NET
Home » Activity » Workshop Aturan Adat Mukim Tentang Pengelolaan Penyu di Panga

Workshop Aturan Adat Mukim Tentang Pengelolaan Penyu di Panga

IMG_20160728_112744 (1)

Acehinsight.com – WWF Indonesia Northern Sumatera Program, LSM A.P.A (Aneuk Pasie Aceh) dan Tim Konservasi Penyu Aroen Meubanja, mengadakan “Workshop Regulasi/Aturan Adat Mukim Panga Pasi Tentang Pengelolaan Penyu di Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya”, Kamis (28/07/2016) di Hotel dan Convention Center “Grand Permata Hati” Banda Aceh.

Dewi Nopita Sari, Marine Fisheries Policy WWF Indonesia Northern Sumatra Program, mengatakan bahwa, tujuan digelarnya kegiatan ini ialah untuk membentuk sebuah aturan adat yang berlaku untuk kegiatan konservasi penyu di kawasan Panga, Aceh Jaya.

“Untuk aturan adat terkait pengelolaan Penyu di Kawasan ini (Panga) belum fix. Jadi setelah acara ini, kita bersama tim akan merevisi kembali terkait aturan adat dari masukan-masukan yang diberikan oleh para peserta yang hadir hari ini,” ujar Dewi kepada Acehinsight.com.

Pantaun Acehinsight.com, beberapa perserta yang hadir dalam acara tersebut seperti Project Leader WWF Indonesia Northern Sumatra Program, Dede Suhendra, Pihak Akademisi Universitas Teuku Umar (UTU), Irsadi Aristora, Ketua Tim Konservasi Penyu Aroen Meubanja, Muniardi (Dedi), Dinas Terkait dari Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya, LSM/NGO, Akademisi, serta para Panglima Laot dan beberapa pihak lainnya.

Sedangkan Muniardi (Dedi Penyu), Ketua Tim Konservasi Penyu Aroen Meubanja, sangat berharap adanya sebuah regulasi atau aturan adat yang berbasis mukim, terkait tata pengelolaan Penyu yang berada di wilayah Panga, Aceh Jaya.

“Dengan adanya sebuah aturan adat, maka sekaligus akan mengkampanyekan bahwa Panga pasi telah memiliki regulasi yang sah untuk dapat dipatuhi oleh semua masyarakat Panga khususnya dan masyarakat Aceh umumnya. Makanya kami sangat mendukung kegiatan ini,” ungkapnya.

Seperti diketahui, Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Sumber daya pesisir di Kabupaten Aceh Jaya sendiri, antara lain seperti terumbu karang, mangrove, spesies ikan karang, pasir, vegetasi pepohonan pantai dan pantai peneluran Penyu.

Adanya tiga desa pesisir yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, yaitu desa Keude Panga, Kuta Tuha dan Alue Piet, membuat masyarakat disana berinisiatif untuk melakukan perlidungan pantai peneluran Penyu yang berada di Kecamatan Panga, Aceh Jaya.

“Sebenarnya dulu hampir di semua garis pantai di Aceh Jaya menjadi lokasi tempat peneluran Penyu, tapi sekarang lambat laun sudah berkurang dikarenakan oleh predator dan pemburu penyu,” cerita Dedi kepada Acehinsight.com.

IMG_20160728_110601 (1)

Dedi juga mengungkapkan, bahwa perlu kerja keras dan dukungan dari banyak pihak untuk menyelamatkan telur Penyu atau Penyu yang merupakan salah satu spesies yang dilindungi serta sudah diambang kepunahan.

“Penting sekali melibatkan masyarakat lokal, LSM, pemerintah, komunitas dan publik lainnya terkait perlindungan spesies yang satu ini. Selama ini masyarakat masih mengkonsumsi telur penyu sehingga perburuan telur masih sering terjadi. Kedepan Insya Allah, kita akan berikan informasi dan menggugah kesadaran masyarakat terkait pentingnya menyelamatkan spesies Penyu,” ujarnya.

Meskipun pemerintah telah menyatakan bahwa penyu merupakan hewan yang dilindungi, dan juga sudah mengeluarkan segelintir peraturan mengenai perlindungan spesies ini. Namun, perdagangan telur Penyu masih marak terjadi. Minimnya sosialisasi tentang perlindungan Penyu membuat eksploitasi terus terjadi.

Project Leader WWF Indonesia Northern Sumatra Program, Dede Suhendra, mengatakan bahwa, adanya nilai-nilai tradisional, pengetahuan dan praktek pemanfaatan dan perlindungan sumber daya pesisir merupakan bagian dari kearifan lokal yang mulai hilang dan harus kembali dibangkitkan.

“Pada Prinsipnya, masyarakat pesisir memiliki kearifan lokal tentang bagaimana untuk hidup selaras dengan alam. Mereka adalah penting untuk dihormati, direvitalisasi dan dikembangkan untuk lebih sejalan dengan ilmu pengetahuan dan sebaliknya,” tutupnya. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful