Templates by BIGtheme NET
Home » Tokoh » Suhaimi Hamid, Berawal Dari Perjuangkan Hak Petani Sampai Selamatkan DAS Peusangan

Suhaimi Hamid, Berawal Dari Perjuangkan Hak Petani Sampai Selamatkan DAS Peusangan

Menjalani profesi sebagai Politisi Partai Nasional Aceh (PNA) Kabupaten Bireuen periode 2014-2019, tak lantas membuat Suhaimi A. Hamid S.Sos, selalu identik dengan kehidupan mewah. Di luar panggung wakil rakyat, pria kelahiran Samalanga, Bireuen 10 Desember 1983 itu ternyata sosok yang politisi sederhana yang cinta akan lingkungan.

Suhaimi Hamid, S.Sos (Dok. Pribadi)

Suhaimi Hamid, S.Sos (Dok. Pribadi)

Suhaimi Hamid mengaku sangat menikmati kehidupannya yang sekarang. Meskipun telah menjadi anggota DPRK Bireuen, aktivis Aceh Green Comunitiny (AGC) serta ketua Forum DAS Krueng Peusangan (FDKP) ini masih tetap menjalankan aktivitasnya sebagai aktivis lingkungan disamping kesibukannya sebagai wakil rakyat.

“Kita terus melakukan pelestarian lingkungan dengan melakukan penanaman pohon, karena menjaga lingkungan sama dengan menjaga alam. Bagi kami, lingkungan adalah teman yang harus dijaga dan dilestarikan,” kata Suhaimi Hamid kepada Acehinsight.com saat berkunjung ke Bireuen dalam rangka ulang tahun ke -10 Aceh Green Community (AGC).

Lestarikan Lingkungan Dengan Penghijauan

“Manusia memang terkadang tenggelam dalam rangkaian kegiatan yang terlalu berlebihan dan tidak memperhatikan kepentingan lainnya. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan, telah mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan yang begitu parah” tutur Suhaimi.

Hal inilah, yang menjadi perhatian seorang Suhaimi Hamid, dalam menata kembali lingkungan disekitarnya (Kabupaten Bireuen) dari segala bentuk berbagai kerusakan lingkungan, disamping menciptakan dan membangun budaya masyarakat dalam berwawasan lingkungan.

Menurut Suhaimi, tidaklah berlebihan jika gerakan ramah lingkungan pun bisa kembali digalakkan melalui Pemerintah Daerah (Pemda) kepada masyarakat secara menyeluruh. Sebab, dalam rangka menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, sangatlah perlu adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat sendiri.

“Berbagai bencana alam yang sering melanda kita, pada dasarnya merupakan akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan,” ujarnya.

Selain itu, masalah lingkungan seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan, masalah sampah dan meningkatnya kadar polusi udara merupakan masalah lingkungan yang bukan tergolong sepele. “Betapa tidak, sebab tidak terselesaikannya atau berlarut-larutnya masalah lingkungan akan menghancurkan potensi pemenuhan generasi mendatang,” ungkapnya.

“Pembangunan di berbagai daerah, hendaklah memperhatikan ekosistem disekitarnya. Janganlah, eksistensi lingkungan dikesampingkan oleh dalih penataan kota tanpa menghiraukan kelestarian dan kenyamanan lingkungan,” harap Suhaimi Hamid.

Menyikapi hal tersebut, Suhaimi berharap agar seluruh masyarakat dapat mencintai lingkungan dengan caranya masing-masing. “Ikut berpartisipasi pada setiap program yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti menanam satu pohon saja, sudah termasuk menjaga alam,” ungkap Suhaimi Hamid, mantan dewan perwakilan petani pusat, Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI).

Perjuangakan Hak Petani

Dilahirkan dan dibesarkan sebagai seorang anak petani, pria yang satu ini tahu betul bagaimana perasaan seorang petani. Hal itu membuat Suhaimi Hamid bertekad memperjuangkan hak-hak petani yang sering dirampas dan tidak diberikan dengan optimal.

“Keselamatan umat manusia sangat ditentukan oleh usaha pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Melindungi dan memenuhi hak-hak petani merupakan suatu keharusan untuk kelangsungan kehidupan itu sendiri,” ujarnya.

Suhaimi Hamid, S.Sos (Dok. Pribadi)

Suhaimi Hamid, S.Sos (Dok. Pribadi)

Awal kisah Suhaimi Hamid bergabung dengan dunia aktivis lingkungan dimulai pada tahun 1998, dimana kala itu dirinya bersama teman-teman bergabung dengan organisasi SINTESA di Medan, yang berperan cukup besar sebagai tempat mengadu persoalan masyarakat tani.

“Saat di SINTESA, skema yang saya perjuangkan lebih kepada pelanggaran hak-hak petani. Dimana hak seorang petani yang harus mendapat pelayanan optimal, hak seorang petani untuk mendapatkan bibit, hak seorang petani untuk mendapatkan tanah dan lainnya,” urai Suhaimi yang pernah menjabat Sekjend Perhimpunan Masyarakat Tani Aceh.

Ternyata, perjuangan yang dimulai di kampung halamannya itu menjadi cikal bakal Suhaimi Hamid menjadi seorang aktivis petani dan lingkungan. Meski bukan seorang sarjana kala itu, jangan kira Suhaimi Hamid miskin pengetahuan tentang advokasi dan aturan-aturan.

Karena kesulitan hidup sebagai petani, orangtuanya memang tidak mampu menyekolahkannya. Namun, Suhaimi gigih mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan singkat ke berbagai daerah di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan dunia pertanian dan lingkungan.

“Sebagian besar yang memperjuangkan hak-hak petani kala itu adalah anak-anak petani yang juga seorang petani dan punya kepedulian pada petani. Bahkan, sampai saat ini (sudah menjadi anggota DPRK Bireuen) pun saya masih bertani,” ujarnya bangga.

Menurut Suhaimi, di era seperti ini sangat diperlukan konsep pertanian berkelanjutan berbasis keluaga petani. “Pertanian berkelanjutan ialah suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian,” lanjutnya.

Ia memaparkan, permasalahan utama yang dihadapi petani saat ini adalah tidak mendapat akses alat produksi pertanian, kepemilikan lahan petani yang belum signifikan untuk mendongkrak ekonomi petani, banyaknya aturan dan kebijakan yang tak propetani.

“Misal, saat harga produk pertanian naik, pemerintah buru-buru melaksanakan operasi pasar. Nah, saat harga pertanian anjlok, pemerintah diam membiarkan petani merugi. Begitu pula saat gagal panen, seharusnya kan ada kebijakan supaya petani juga dapat hasil dari pekerjaan mereka,” tegasnya.

Suhaimi Hamid Saat penanaman pohon (Dok. Pribadi)

Suhaimi Hamid Saat penanaman pohon (Dok. Pribadi)

Suatu mekanisme bertani yang baik itu, menurut Suhaimi yang memenuhi tiga kriteria, yakni keuntungan ekonomi, keuntungan sosial bagi keluarga tani dan masyarakat serta konservasi lingkungan secara berkelanjutan.

Dia berharap, visi misi pemerintahan yang katanya propetani betul-betul mengeluarkan kebijakan yang mendukung dan menguntungkan petani. “Bertani sama dengan melakukan silaturahmi dengan alam. Kalau kita baik kepada alam, maka juga akan menjaga kita,” ujar lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Almuslim, Bireuen.

FDKP Lahir Untuk Menyelamatkan DAS Peusangan

Lebih dari 70% permukaan bumi terdiri dari air. Oleh karena itu air sering dianggap sebagai sumber daya alam yang melimpah dan tidak akan pernah habis. Padahal kebalikannya, air dapat habis karena hanya sekian persen dari total air di bumi yang dapat digunakan atau dikonsumsi. Pengertian konsumsi disini tidak terbatas untuk diminum saja, namun juga termasuk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Suhaimi Hamid, S.Sos, mengatakan, “Semua barang yang kita gunakan, dari makanan, pakaian, sepatu, buku, seluruhnya membutuhkan pasokan air dalam proses produksi maupun perawatannya. Disinilah partisipasi masyarakat benar-benar signifikan.”

Menurutnya, kita semua adalah bagian dari masyarakat yang memiliki peran dalam melestarikan air dan lingkungan. Misalnya pemerintah mengatur kebijakan, masyarakat merawat, akademisi menyediakan teknologi manajemen lingkungan, media memotivasi gerakan pelestarian, sedangkan Lembaga Swadaya Masyarakat mengorganisir pemberdayaan masyarakat.

“Kita tidak bisa menyerahkan semua tanggung jawab ke satu pihak saja, karena masalah air dan pelestarian alam adalah masalah kita semua. Oleh karena itulah kita juga wajib turut serta dalam usaha pelestarian,” ujar Suhaimi.

Seperti diketahui, Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan merupakan kawasan strategis provinsi Aceh. DAS Peusangan melintasi sejumlah Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Bireuen dan Kota Lhokseumawe.

“DAS Peusangan merupakan wilayah SWS (Satuan Wilayah Sungai) yang memiliki panjang lebih dari 6.469 km², luas DPS mencapai 15.212 Ha dan memiliki sungai sebanyak 107 buah dengan potensi air pertahun sebesar 16.573.744.800 m³,” jelas Suhaimi Hamid, Ketua Forum DAS Krueng Peusangan (FDKP).

DSC_0831

Kata Suhaimi, lahan pertanian seluas 6.941 Ha dan non pertanian seluar 4.250 Ha sangat bergantung pada DAS Peusangan untuk kepentingan pengairan. Hulu DAS Peusangan yang berada di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah memiliki fungsi yang sangat penting bagi Kabupaten Bireuen, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Menurutnya, DAS Peusangan menjadi objek vital bagi sektor pertanian dan perusahaan di tiga Kabupaten/Kota tersebut.

“Khusus bagi kota Lhokseumawe, keberadaan DAS Peusangan memiliki manfaat yang besar dan penting bagi perusahaan, seperti PT Arun atau PAG, PT PIM (Pupuk Iskandar Muda) dan Mobil Oil atau Exxon Mobil,” ujarnya.

Lanjut Suhaimi, perusahaan BUMN, PLN/PLTA dan perusahaan daerah semisal PDAM sangat bergantung pada DAS Peusangan, dimana perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan bahan baku air DAS Peusangan untuk kepentingan produksinya.

“Kondisi kawasan DAS Peusangan sampai saat ini terus mengalami tekanan berkaitan dengan maraknya berbagai kegiatan yang menimbulkan kerusakan mulai dari hulu DAS Peusangan hingga hilir,” jelas Suhaimi.

Melihat kondisi tersebut, tambah Suhaimi, sejumlah organisasi melakukan berbagai inisiasi pengelolaan DAS Peusangan secara terpadu dan berkelajutan tanpa dibatasi wilayah administratif Kabupaten/Kota.

“Karena itu, pada 12 April 2011 dideklarasikan satu wadah organisasi Forum DAS Krueng Peusangan (FDKP) di Gampong SP Mulia, Kecamatan Juli, Bireuen untuk menyelamatkan DAS Peusangan. FDKP beranggotakan stakeholder yang mempunyai komitmen sama untuk pelestarian DAS Peusangan, baik yang berada dalam kawasan DAS maupun diluarnya,” cerita Suhaimi.

Setelah mendeklarasikan FDKP, pihaknya juga membuat MoU bersama pemerintah di lima Kabupaten/Kota dan disahkan Gubernur Aceh. “FDKP berharap, semua pihak bahu membahu menyelamatkan DAS Peusangan. Dengan menyelamatkan DAS Peusangan, artinya kita juga telah menyelamatkan generasi Aceh dari ancaman krisis air dan kerusakan lingkungan,” tutur Suhaimi yang juga pernah terlibat dilembaga pemantauan HAM, SHRWN Medan, Sumatera Utara.

Mengajak Generasi Muda Untuk Cinta Lingkungan

Menurut Suhaimi, upaya pelestarian lingkungan harus diajarkan kepada generasi muda, sebab mereka akan mudah mencerna mengenai manfaat menjaga kelestarian lingkungan hidup. Kemudian, diharapkan kesadaran ini ditularkan kepada yang lain.

“Remaja dan pelajar harus kita ajarkan tentang pentingnya menjaga lingkungan agar mereka tahu akan manfaatnya dan mereka pun bisa menjadi motor penggerak sebagai aktivis lingkungan,” tuturnya.

Bila tidak dimulai dari kalangan remaja, lanjut dia, siapa yang akan menjaga lingkungan ini di masa mendatang. “Jika kita tidak peduli terhadap lingkungan, tidak tertutup kemungkinan suatu saat Indonesia hanya tinggal sejarah saja, karena alamnya semakin rusak dan akhirnya hilang tenggelam,” ujar Suhaimi.

“Generasi muda harus dapat memberikan contoh kepada masyarakat di sekitar tempat tinggalnya agar mereka turut memelihara lingkungan dari hal yang terkecil, yakni menggunakan air secukupnya dan tidak berlebih-lebihan dan membuang sampah pada tempatnya,” kata dia.

Harapannya ketika mereka kembali kemasyarakat bisa menularkan virus dan semangat peduli lingkungan. “Para generasi ini akan melanjutkan perjuangan untuk melestarikan dan menjaga alam agar tetap utuh, sehingga apa yang ada saat ini bisa dinikmati anak dan cucu kita dimasa depan,” ujarnya.

Selain edukasi, pihaknya senantiasa menyosialisasikan kepada generasi muda dan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Bagi Suhaimi Hamid, melakukan kegiatan pelestarian alam merupakan suatu hal yang  sangat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan serta wawasan mengenai lingkungan.

“Melestarikan lingkungan itu wajib, apalagi saat ini terjadi bencana alam karena banyaknya eksplorasi terhadap alam. Jangan sampai kerusakan alam membuat anak cucu kelak tidak bisa menikmati kekayaan alam yang ada,” ujarnya.

Bagi Suhaimi, menjaga alam merupakan salah satu tugasnya sebagai Khalifah di muka bumi ini. Oleh karenanya, dibutuhkan hati yang mencintai alam baru dapat ikut menjaga dan melestarikan alam yang telah Allah sudah sediakan.

“Saya percaya ketika manusia mau menjadi pelaku atas kelestarian lingkungan, maka alam dan bumi kita akan semakin hijau dan kita pun akan hidup dengan sehat. Mengajarkan orang untuk arif dengan mengenal budi dan daya-budaya, sehingga memiliki kehalusan jiwa dan empati terhadap kesulitan orang lain,” tutup Suhaimi Hamid. [AF]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful