Templates by BIGtheme NET
Home » Earth Hour » Earth Hour Aceh Ajak Masyarakat Kampanye Lingkungan Lewat Sosial Media

Earth Hour Aceh Ajak Masyarakat Kampanye Lingkungan Lewat Sosial Media

IMG_6495

Acehinsight.com – Sosial media merupakan salah satu fenomena menarik yang sedang digandrungi banyak orang saat ini, baik remaja maupun orang tua. Penggunaan sosial media selain untuk jaringan pertemanan atau jual beli online ternyata bisa digunakan untuk berkampanye.

“Kampanye melalui sosial media merupakan hal yang unik dan menarik, karena bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Sosial media merupakan salah satu wadah untuk melakukan perubahan yang lebih baik secara global,” seperti dikatakan Cut Ervida Diana, Koordinator workshop “Social Media for Social Good” di Auditorium Politeknik Aceh, Desa Pango Raya, Banda Aceh.

Workshop yang menghadirkan para pemateri dari Greeneration Indonesia, I Love Aceh, Change.org, YSEALI, Kedutaan Besar Amerika dan WWF, bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bagaimana etika menggunakan sosial media, bagaimana strategi agar pesan-pesan di sosial media berdampak luas dan positif, serta bagaimana menggunakan sosial media untuk kepentingan lembaga dan komunitas.

Menurut Cut Ervida, workshop yang berlangsung selama dua hari merupakan kerjasama antara gerakan Earth Hour Aceh bersama Greeneration Indonesia. “Pada hari pertama, workshop mengangkat tema pemanfaatan media sosial sebagai media kampanye lingkungan. Pada hari kedua, workshop mengangkat beberapa isu tentang pelestarian lingkungan yang ada di Aceh”.

Tingginya pengguna internet di Indonesia dan Aceh khususnya, bisa menjadi peluang besar melakukan kampanye perbaikan lingkungan dan menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik melalui kampanye sosial media.

DCIM101MEDIA

Media sosial sebagai sebuah jejaring mempunyai dampak yang disebut efek viral. Apa yang dipandang penting akan di re-post, dibagi atau diretweet oleh orang lain sehingga jangkauan penyebarannya makin meluas. Siapa saja bisa melakukan ini tanpa peduli berapa jumlah follower atau lingkaran pertemannya. Sebab sebuah status atau link yang bagus misalnya akan di re-post atau dibagi oleh seseorang dalam lingkaran pertemanan kita, dan kemudian akan dibagi lagi oleh orang dalam lingkaran pertemanan teman kita dan seterusnya.

“Namun untuk mencapai dampak seperti itu, sebuah kampanye di media sosial mesti direncanakan atau disusun dengan matang. Mulai dari isu yang hendak dipilih, sasaran kampanye, pilihan channel atau platform media sosialnya dan konten atau isi yang hendak disampaikan,” kata Cut Ervida.

Dirinya juga menambahkan, bahwa akan ada beberapa isu terkait lingkungan dan sosial yang akan dikerjakan oleh gerakan Earth Hour Aceh untuk kedepannya. “Untuk kedepannya isu seperti Banda Aceh bebas sampah, pelestarian hutan, Aceh peduli satwa dan beberapa lainnya akan menjadi kampanye kita semua”.

Kampanye di media sosial ditujukan untuk memperkenalkan isu dan memperoleh dukungan atas apa yang dilakukan entah oleh komunitas atau kelompok tertentu. Oleh sebab itu nama account dan symbol yang dipakai harus menunjukkan ciri komunitas atau kelompok tersebut. Ini penting untuk menarik perhatian dari public pemakai media sosial.

DCIM102MEDIA

“Apa yang kita sampaikan melalui media sosial akan dinilai oleh public. Maka penting untuk memastikan bahwa informasi apapun yang disampaikan apalagi yang berupa fakta harus benar-benar sesuai dengan kenyataan. Menyebarkan desas-desus atau hal-hal yang belum dipastikan kebenarannya akan menghilangkan kredibilitas dan kepercayaan dari public atas apa-apa yang disampaikan kemudian,” lanjut Cut Ervida.

Sebuah kampanye akan disebut berhasil apabila melahirkan sebuah aksi, gerakan nyata yang bisa menghasilkan atau mendorong perubahan. Oleh karena itu perlu diadakan pancingan dalam bentuk berbagai event yang memungkinkan publik sasaran kampanye melahirkan perubahan yang baik untuk menjaga lingkungan.

Gerakan Earth Hour di Aceh sudah mendapat dukungan dari pihak pemkot Banda Aceh. “Sampai saat ini, pemkot Banda Aceh sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh Earth Hour Aceh. Seperti mematikan lampu selama 1 jam, penggunaan tas pakai ulang (reusable), bersihkan pantai dan lainnya,” tutup Cut Ervida Diana.

Gerakan Earth Hour Di Aceh

Earth Hour merupakan sebuah kampanye global guna menganjak semua penduduk bumi baik individu, komunitas, pelaku bisnis, maupun pemerintah kota untuk bersama-sama peduli pada upaya penurunan emisi karbon dioksida yang memicu pemanasan global dan perubahan iklim. Utamanya, kampanye earth hour mengajak kita untuk menghemat listrik dengan mematikan lampu dan peralatan listrik selama satu jam.

Communication Officer WWF Indonesia Northern Sumatera Program, Chik rini mengatakan pelaksanaan kampanye Earth Hour berkembang dari tahun ke tahun dengan makin banyak pemerintah daerah dan terutama komunitas dan masyarakat yang terlibat. “Earth Hour di Indonesia berkembang pesat. Ada 30 kota yang melakukan secara mandiri. Kehadiran WWF membantu memfasilitasi dan memberi dukungan agar kegiatan tersebut sukses,” katanya.

30 kota yang terlibat antara lain mulai dari Aceh, Padang, Lampung, Jakarta, Bekasi, Tangeran, Bandung, Jogja, Solo, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Denpasar, Pontianak, Makassar sampai ke Jayapura.

Earth Hour 2016 This is our time to ChangeClimateChange

Chik Rini mengatakan kegiatan Earth Hour memang berbasis di perkotaan, dengan kampanye utama berupa gaya hidup hemat energi setiap waktu. “Seperti tahun-tahun sebelumnya, kota Banda Aceh akan kembali melaksanakan kegiatan Earth Hour pada 2016, karena konsumsi listrik di Aceh terfokus di Kota Banda Aceh”.

Diilustrasikan bahwa pelaksanaan satu jam Earth Hour oleh 10 persen penduduk kota Banda Aceh atau Aceh atau 700 ribu rumah mematikan 2 lampu selama 1 jam, akan menghemat 300 MW atau cukup untuk mengistirahatkan 1 pembangkit listrik, setara dengan listrik untuk menyalakan 900 desa, mengurangi beban biaya listrik kota-kota besar ± Rp 200 juta, mengurangi emisi ± 267 ton CO2, setara dengan daya serap emisi dari 267 pohon berusia 20 tahun dan setara dengan ketersediaan oksigen untuk ± 534 orang.

Selain kampanye penghematan energi, WWF Indonesia membebaskan komunitas pelaksana Earth Hour menambahkan materi kampanye sesuai kondisi daerah masing-masing. “Komunitas-komunitas itu juga menginisiasi kampanye konservasi. Kita juga dorong agar berkontribusi dalam program konservasi WWF,” ujar Chik Rini.

Untuk Earth Hour 2016 pada 19 Maret ini yang bertema “Switch off your light and switch on your social power! #ChangeClimateChange”, WWF Indonesia mengusung beberapa isu kampanye konservasi yaitu penghematan listrik, energi, laut dan pesisir, deforestasi, biodiversity, sampah, sungai dan air serta transportasi. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful