Templates by BIGtheme NET
Home » Krueng Sabee » Melalui Jaloe, Forum DAS Krueng Sabee Jaga Hutan

Melalui Jaloe, Forum DAS Krueng Sabee Jaga Hutan

IMG_1100

Acehinsight.com – Perahu/Sampan dalam bahasa Aceh disebut dengan nama Jaloe. Perahu Jaloe terbuat dari sebatang pohon kayu khusus, yang tidak mudah retak (pecah) setelah jadi perahu. Jaloe adalah perahu tradisional Khas Aceh,  yang pembuatannya bertujuan untuk melintas perairan berarus deras di sungai.

Prosesi pembuatan Jaloe juga dibuat secara tradisional oleh orang khusus yaitu ahli Jaloe. Dimana Jaloe dibuat secara religius islami. Dengan menebang satu batang pohon Bangka, semantok (meranti) dan lainnya, kemudian diolah sedemikian rupa menjadi sebuah Jaloe (perahu). Untuk proses pembuatannya pun dilakukan  dihutan, setelah selesai baru bisa diturunkan ke pihak pembeli. Butuh waktu sekitar 1 hingga 2 bulan untuk menyelesaikan satu unit Jaloe.

Dalam perjalannnya Jaloe semakin ditinggalkan oleh sebagian masyarakat, mengingat telah adanya jalan darat untuk menuju wilayah hulu Hutan Aceh. Meskipun Jaloe telah ditinggalkan akibat modernisasi di beberapa sungai  di Provinsi Aceh, namun masih ada beberapa kalangan masyarakat yang berada di pedalaman hutan Aceh masih tetap menggunakan bot Jaloe  ini untuk aktivitas kesehariannya.

Ada banyak kegunanaan dari Jaloe yang berada di wilayah Krueng Sabee, Aceh Jaya, seperti untuk menjala ikan kerling (ikan endemic Aceh), membawa hasil pertanian seperti jernang, rotan dan lainnya serta sebagai alat transportasi sehari-hari untuk melintasi arus sungai yang deras.Di wilayah Krueng Sabee sendiri, terdapat  empat unit  Jaloe (perahu) untuk menuju wilayah hulu Krueng Sabee.

Selain daripada masyarakat di wilayah Krueng Sabee yang menggunakan Jaloe untuk transportasi sungai, ternyata pihak WWF-Indonesia Program kantor Aceh, juga ikut menggunakan Jaloe untuk mengembangkan Forum DAS Krueng Sabee melalui Program New Trees Krueng Sabee.

Penggunaan Jaloe yang digunakan untuk pengembangan Program New Trees Krueng Sabee bertujuan sebagai alat transportasi sungai dan untuk membawa logistik di babah krueng DAS (Daerah Aliran Sungai) Krueng Sabee. Selain itu, Jaloe juga digunakan untuk pengangkutan material ke camp, alat dan bahan penanam serta untuk membawa bibit tanaman ke lokasi. Dikarenakan lokasi babah krueng yang berada jauh di hulu sungai Krueng Sabee, maka penggunakan Jaloe sangat diperlukan, mengingat letak lokasi Program New Trees Krueng Sabee berada sekitar 15 km dari perkampungan terdekat.

Saat ini Forum DAS telah menyelesaikan pengerjaan Jaloe di awal Februari 2014. Jaloe ini telah dilengkapi dengan mesin 15 PK dan siap mengarungi arus sungai untuk misi penanaman lahan kritis di Babah Krueng Sabee, Aceh Jaya. Untuk ukuran Jaloe sendiri, memiliki panjang sekitar 12 meter dengan lebar sekitar 40 cm. Dan ini merupakan transportasi utama menuju hulu-hulu sungai di pedalaman Krueng Sabee, Aceh Jaya.

Kendala dari transportasi Jaloe ini adalah ketika turunnya debit air sungai dimusim kemarau. Padahal waktu yang ditempuh untuk menuju lokasi chek point, hanya diperlukan waktu sekitar 1 jam jika debit air sedang tinggi (“air bagus ” dalam bahasa setempat) atau ketika dalam kondisi musim hujan.  Namun, jika debit air sungai sedang kecil (musim kemarau), maka waktu yang harus ditempuh bisa mencapai 3 atau 4 jam. Dan tak jarang perahu yang digunakan mendapat kerusakan akibat Jaloe harus kandas di pasir dan kerikil didasar sungai.

Sekilas memang terdengar sulit bagi sebagian orang. Dimana sebuah kampanye Penanaman pohon yang dilakukan di DAS Krueng Sabee, Aceh Jaya, hanya dengan bermodal perahu Jaloe, melewati derasnya arus sungai Krueng Sabee dan membelah belantara hutan Aceh Jaya yang terkenal ekstrim (bahaya). Meski banyak rintangan dan tantangan selama perjalanan ke lokasi penanaman pohon, semua itu harus dilewati oleh pihak Forum DAS Krueng Sabee dengan satu tujuan, yaitu terjaganya kelestarian alam di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Sabee.

Walaupun banyaknya bahaya yang sering dijumpai oleh pihak Forum DAS Krueng Sabee ketika harus turun ke lokasi penanaman pohon, ternyata ada hal yang menarik lainnya dimana pada badan Jaloe (perahu) bertuliskan Forum DAS Krueng Sabee. Dan ini adalah sebuah penyemangat bagi Forum DAS Krueng Sabee serta menjadi sebuah aksi untuk media kampanye yang seolah mengatakan kepada perusak lingkungan, bahwa penanaman dan usaha konservasi itu sangat diperlukan didaerah ini.

Keberadaan Jaloe diwilayah DAS Krueng Sabee bukannya hanya sebagai alat kampanye, namun Jaloe juga dapat digunakan untuk memperkenalkan indahnya panorama hutan Krueng Sabee dan sekitarnya.  Serta diharapkan suatu saat nanti melalui Program New Trees Forum DAS Krueng Sabee, dapat dikembangkan potensi wisata alam. Dimana para wisatawan dapat menikmati indahnya ekosistem sungai alam Aceh Jaya dengan menggunakan Jaloe.

Selain berfungsi untuk kegiatan Program New Trees,  berdasarkan hasil kesapakatan Forum  DAS Krueng Sabee Perahu Jaloe ini juga dapat digunakan untuk keperluan warga di Kecamatan Krueng Sabee secara gratis seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Forum DAS Krueng Sabee, Tgk Basyiron mengatakan bahwa, “Perahu Jaloe ini bisa digunakan oleh Pemerintah Aceh Jaya melalui Dinas Kehutanan untuk kegiatan patroli illegal logging yan terjadi di wilayah Krueng Sabee, Aceh Jaya”.

Tgk Nurdin PN, tokoh Adat di Krueng Sabee, juga mengatakan bahwa salah satu fungsi Jaloe adalah mengenalkan indahnya Hutan Krueng Sabee. “Hutan Krueng Sabee pernah dirambah oleh HPH dulu di tahun 1990. Jadi, Hutan di Krueng Sabee yang telah rusak wajib diperbaiki dengan menanam kembali areal kritis. Hutan Krueng Sabee bukan untuk ditebang. Tapi untuk diselamatkan bagi kepentingan anak-anak kita dimasa yang akan datang,” tegasnya.

“Kegunanan perahu Jaloe ini multifungsi. Disamping untuk kepentingan Forum DAS Krueng Sabee, Jaloe juga dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat di Kecataman Krueng Sabee secara gratis. Seperti kegiatan Penanaman sekitar sungai dan khanduri Krueng di Pasie Tui Jange, kampung Buntha, saat memasuki bulan Safar,” ungkap Tgk Nurdin PN.

Seperti dikutip pada pernyataan yang dikatakan oleh Tgk Abdullah Rajab, Ketua Forum DAS Krueng Sabee, bagi warga kecamatan Krueng Sabee dan sekitarnya perahu Jaloe merupakan sebuah alat tradisional dan menjadi simbol perjuangan Forum DAS Krueng Sabee untuk menyelamatkan hutan Krueng Sabee, Aceh Jaya.

“Makna lain dari perahu Jaloe adalah usaha penyemalatan hutan di Krueng Sabee yang akan terus dilakukan dari hari ke hari. Jadi, setiap Jaloe ini bergerak ke sungai, maka selama itu pelestarian Hutan Krueng Sabee akan terus dilakukan. Dari ukurannya, perahu Jaloe memang terlihat kecil. Namun dari perahu Jaloe inilah, Forum DAS Krueng Sabee menjaga dan melestarikan hutan demi keseimbangan alam Aceh Jaya,” tutup Tgk Abdullah Rajab.

Laporan : Azhar (Spesies Coodinator WWF-Indonesia Program Aceh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful