Abdullah Rajab, 62 tahun, punya semangat tinggi jika diajak bicara tentang pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Sabee. Keinginan terbesarnya adalah, aliran sungai yang melintasi Desa Bunta, tempat ia tinggal, airnya bisa sejernih 30 tahun lalu, masa dimana dia pertama kali menginjak kaki di Krueng Sabee, setelah hijrah dari kampungnya di Aceh Selatan.
Krueng Sabee adalah tanah kehidupan Pak Rajab dan keluarganya. Dia memutuskan tinggal di Krueng Sabee dan berpenghidupan sebagai petani. Baginya, Krueng Sabee adalah kampung halaman dengan hutan dan sungai yang menjadi sumber penghidupan mereka.
Dari tahun ke tahun Pak Rajab harus menyaksikan air sungai di belakang rumahnya terus mengeruh. Di musim penghujan Desa Bunta dan desa-desa lain di sepanjang sungai Krueng Sabee kerap tenggelam oleh banjir.
“Kami tahu, hutan di hulu sungai sudah gundul, karena orang-orang mengambil kayu secara sembarangan di hutan,” kata Pak Rajab.
Di Krueng Sabee sebagian masyarakat berpenghasilan dari menebang kayu di hutan. Beberapa tahun terakhir ada juga aktifitas pertambangan emas oleh masyarakat di Gunung Ujeun, di bagian hulu DAS Krueng Sabee.
Kesabaran untuk mengajak masyarakat untuk menyadari arti penting melestarikan DAS Krueng Sabee terwujud juga dengan terbentuknya Forum DAS Krueng Sabee, sebuah lembaga yang diini-siasi masyarakat lokal Krueng Sabee dengan tujuan melestarikan DAS Krueng Sabee. Pak Rajab dipercaya memimpin Forum DAS ini.
Menjadi ketua Forum tidaklah mudah. Berbekal pengalamannya aktif sebagai pejabat desa, Pak Rajab terus berupaya mengajak sebanyak mungkin masyarakat untuk mau peduli melestarikan hutan dan alam di sekitar Krueng Sabee, meski harus menghadapi realitas dimana sebagian besar orang masih melakukan aktifitas yang merusak ekosistem sekitar DAS.
Pak Rajab juga didukung oleh anggota Forum DAS lainnya yang masih punya semangat tinggi untuk terus melakukan aktivitas pelestarian DAS Krueng Sabee.
“Tidak mudah menyadarkan masyarakat. Tapi pelan-pelan kami mengajak mereka untuk mau terlibat. Sekarang minimal 40 persen masyarakat Krueng Sabee sudah sadar pentingnya melestarikan DAS,” kata Pak Rajab.
Bersama Forum DAS Krueng Sabee, Pak Rajab terus berupaya melakukan kegiatan-kegiatan pelestarian DAS. Mereka melakukan penanaman pohon di sepanjang sungai, membangun kebun pembibitan rakyat dan akan mengelola kawasan restorasi di Krueng Sabee sebagai hutan gampong.
“Kami juga memikirkan bagaimana warga yang sering mengambil kayu di hutan punya alternatif mata pencaharian yang tidak merusak DAS Krueng Sabee.”
Seperti misi Forum DAS Krueng Sabee, bagaimana melestarikan DAS sejalan dengan peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. Mereka kini dipercaya mengelola lahan restorasi seluas 181 hektar di pinggiran sungai Krueng Sabee. Ini merupakan lahan kritis yang perlu segera dihijaukan kembali guna melindungi daerah tangkapan air di sana. [Chik Rini]