Kebutuhan akan sumber protein yang semakin meningkat menjadi alasan utama bagi pentingnya pengelolaan sumber daya perikanan yang bertanggungjawab atau berkelanjutan. Perikanan berkelanjutan menurut berbagai literatur di-identikkan oleh tiga kriteria, yaitu: pemenuhan kebutuhan masa sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang; pemanfaatan yang tidak melampaui daya dukung ekosistem; dan Optimalisasi usaha dengan memperhatikan keseimbangan sumber daya alam.
Penerjemahan dari kriteria tersebut menjadi hal yang mudah dipahami dan diaplikasikan adalah kunci terwujudnya perikanan berkelanjutan. Untuk mengetahui batasan antara kegiatan yang merusak dan tidak, perlu adanya indikator dan standar yang terukur. Standar umumnya digunakan dalam proses penjaminan suatu produk, atau disebut sertifikasi. Produsen-yaitu nelayan dan pembudidaya-sebagai pelaku kegiatan adalah penentu dalam terpenuhinya suatu standar.
Standar yang terukur menjamin adanya kejelasan apakah suatu kegiatan merusak lingkungan atau sebaliknya. Sebagai contoh untuk standar yang digunakan dalam ASC (Aquaculture Stewardship Council) yang menyatakan bahwa kegiatan budidaya tidak menyebabkan kerusakan lingkungan adalah total fosfor yang dihasilkan dari sistem budidaya nila yaitu ≤ 27 kg per ton ikan per tahun, atau kehilangan air ˂ 0,7 cm per hari untuk budidaya udang.
Bertanggung jawab terhadap lingkungan tidak hanya berhenti pada kegiatan utama saja, melainkan ditentukan oleh kontribusi dampak dari kegiatan/unsur ikutan untuk mendukung kegiatan tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah bagaimana mendapatkan atau memproduksi umpan atau pakan, mendapatkan benih atau induk untuk memproduksi anakan ikan untuk budidaya, maupun kegiatan pengolahan ikan.
Karena itu, peran serta pelaku pendukung perikanan sangatlah penting, seperti hatcheri dan perusahaan pakan. Standar perikanan berkelanjutan juga haruslah diterapkan oleh para pihak tersebut, contoh: bahan pembuat pakan harus terlacak dan terdapat sistem pengelolaannya, induk yang ditangkap untuk memproduksi benih ikan tidak menghasilkan tangkapan sampingan berupa hewan yang dilindungi.
Berkelanjutan secara menyeluruh berarti segala aspek terkait telah terpenuhi dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu peran serta semua pihak yang terlibat dalam rantai produksi sangatlah penting.