Templates by BIGtheme NET
Home » Publikasi » Rawa Tripa, Pusat Keanekaragaman Hayati Yang Harus Diselamatkan

Rawa Tripa, Pusat Keanekaragaman Hayati Yang Harus Diselamatkan

Materi publikasi pada 17 Januari 2011, 10.00 Wib

Rawa Tripa adalah salah satu dari tiga hutan rawa gambut  yang berada di pantai barat pulau Sumatera dengan luas mencapai ± 59.701 hektar. Secara administratif, 60% luas Rawa Tripa berada di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya. Sisanya berada di wilayah Babahrot, Aceh Barat Daya (Abdya).

Wilayah tersebut berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), yang telah di tetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional untuk pelestarian lingkungan hidup. Dalam RTRWP Aceh (Perda No 9 tahun 1995) bagian tertentu dari Rawa Tripa yang ketebalan gambutnya ≥ 3 meter di tetapkan sebagai  Kawasan Lindung. Rawa Tripa memiliki kedalaman gambut yang bervariasi dengan kedalaman maksimal 3 – 5 meter.

Fungsi Penting Rawa Tripa :

  1. Pengatur Hidrologi

Rawa gambut yang ada di Tripa berfungsi mengatur hidrologi yang berfungsi seperti spon yang dapat menahan air pada musim hujan dan melepaskannya pada musim kemarau. Rawa gambut juga berfungsi mencegah instrusi air laut ke darat. Saat tsunami menerjang pantai barat Aceh, rawa gambut di Tripa terbukti menjadi benteng alami yang mencegah kehancuran lebih parah di kawasan itu.

  1. Pusat Keanekaragaman Hayati

Rawa Tripa merupakan hotspot keanekaragaman hayati yang penting di Ekosistem Leuser. Beberapa jenis tumbuhan dan hewan ternyata hanya dapat hidup dengan baik di kawasan ini, sehingga kehancuran Tripa akan memusnahkan keaneakaragaman hayati dunia. Rawa Tripa terkenal memiliki kepadatan  populasi Orangutan Sumatera (Pongo abelii)tertinggi di dunia seperti halnya di Rawa Singkil dan rawa Kluet yakni 7.6 individu per kilometer persegi. Di kawasan ini juga ditemukan satwa langka seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Buaya Muara (Crocodilus porosus), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Burung Rangkong (Buceros sp), dan berbagai jenis satwa liar lainnya.  Di kawasan ini dijumpai lebih dari 300 jenis tumbuhan sebagai makanan satwa dan bernilai ekonomis tinggi, seperti Cemenggang (Nessia sp) dan Malaka (Tetrameristra glabra) yang merupakan tumbuhan khas dan sumber makanan utama Orangutan.

  1. Penjaga Iklim Global

Hutan rawa gambut memiliki peran yang sangat penting sebagai pengendali perubahan iklim global karena kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan cadangan karbon dunia. Hutan rawa gambut memiliki kandungan unsur Carbon yang sangat besar. Menurut perhitungan Matby dan Immirizi (1993), kandungan karbon yang terdapat dalam gambut di dunia sebesar 329-525 GT atau 35 persen dari total Carbon dunia. Gambut di Indonesia memiliki cadangan carbon sebesar 46 GT (1 GT = 109 ton) atau 14 persen dari Carbon yang terdapat dalam gambut di dunia.

Dengan demikian gambut memiliki peran yang cukup besar sebagai penjaga iklim global. Apabila lapisan gambut terbakar atau mengalami kerusakan, materi ini akan mengeluarkan gas terutama CO2,  NO2 dan CH4 ke udara dan siap menjadi perubah iklim dunia.

  1. Sumber Ekonomi Masyarakat

Kawasan rawa merupakan habitat terbaik berbagai jenis ikan air tawar yang memiliki nilai komersil tinggi sehingga ditemukan sekitar 40 jenis ikan, diantaranya ikan Jurong, Lele, Belut, Paitan dan Kerang. Hasil hutan non kayu meliputi rotan dan madu alam.

Penghancuran hutan rawa gambut Tripa akan menurunkan dan menghilangkan produksi perikanan di dalamnya. Hal ini disebabkan hilangnya tumbuhan sehingga menghilangkan fungsi rawa gambut sebagai tempat berlindung dan sarang bagi ikan – ikan untuk melakukan pemijahan serta sebagai sumber makanan.

Apa yang terjadi di Tripa?

Sejak 1990, Rawa Tripa mengalami deforestasi akibat pembukaan perkebunan kelapa sawit oleh sejumlah perusahaan besar dan perambahan oleh masyarakat. Saat ini dari total  kawasan Rawa Tripa seluas 63.228 hektar, hanya tersisa kurang 30 persen hutan (16.634 hektar) yang tragisnya sudah menjadi konsesi HGU. Laju deforestasi per tahun sejak 2006 adalah 11,98 persen.

Ada 5 HGU besar yang sekarang bekerja di Rawa Tripa yakni PT. Kalista Alam, eks PT.  SPS II anak PT Astra Agro Lestari, PT. Gelora Sawit Makmur, PT. Cemerlang Abadi dan PT. Patriot Guna Sakti (sekarang sudah dikuasai oleh Pemkab Aceh Barat Daya untuk proyek pengembangan PIR kelapa sawit). Luas HGU kelima perusahaan tersebut adalah 38.150 hektar.

Hutan yang tersisa diperkirakan akan segera hancur sebagai dampak pembukaan kanal-kanal oleh perusahaan yang akan mengeringkan rawa tersebut, kalau tidak dihentikan dan mulai memperbaiki (restorasi, rehabilitasi) dalam waktu dekat. Selain itu, teknik pembukaan lahan (land clearing) dengan cara pembakaran kerap dilakukan oleh pihak HGU yang memperparah kerusakan di hutan Rawa Tripa.

Apa Yang Akan Terjadi Jika Rawa Gambut Tripa Hancur?

Jika Pemerintah dan masyarakat tetap mengkonversi hutan rawa gambut Tripa menjadi areal perkebunan atau penggunaan lainnya maka paling lambat 20 tahun ke depan kawasan dataran rendah Tripa akan tenggelam. Kota Alue Bilie dan Babah Rot akan  menjadi batas garis pantai Samudera Hindia.

Perkiraan ini berdasarkan hasil penelitian para ahli lingkungan yang menyatakan, jika hutan rawa gambut dibuka maka akan terjadi pencucian gambut dan penurunan permukaan  tanah. Pada tahun pertama kehilangan lapisan gambut dapat mencapai 60 cm, kemudian setiap tahunnya 2 – 5 cm.

Ketinggian kawasan hutan rawa gambut Tripa diperkirakan 2 meter dari permukaan laut. Jika penurunan permukaan gambut per tahun 5 cm, maka dalam waktu 28 tahun terjadi penurunan permukaan gambut 140 cm dan ditambah 60 cm penurunan pada tahun pertama sehingga dalam waktu 29 tahun akan terjadi penurunan permukaan tanah gambut sedalam 2 meter.

Jika penghancuran Rawa Tripa tindak dicegah, maka diperkirakan pada 2025 air laut akan menenggelamkan kawasan ini. Ancaman ini akan dipercepat oleh pemanasan global yang memicu naiknya permukaan air laut.

Jika kondisi ini terjadi maka pusat biodiversity akan punah, 38.150 hektar perkebunan Kelapa Sawit akan tenggelam, hilangnya 40 jenis ikan bernilai ekonomis tinggi dan Pemerintah Aceh akan kehilangan 63.228 hektar wilayah daratan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

ăn dặm kiểu NhậtResponsive WordPress Themenhà cấp 4 nông thônthời trang trẻ emgiày cao gótshop giày nữdownload wordpress pluginsmẫu biệt thự đẹpepichouseáo sơ mi nữhouse beautiful